Selasa, 08 Mei 2012


I’M SORRY MOM
            Pagi itu Gita tampak sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dia mengambil tas di atas meja belajarnya. Dan tidak lupa pula untuk membawa handphone kesayangannya yang sudah jadul.
“Fhuuu…” Gita menghembuskan nafas panjang saat memegang hanphonenya itu. “kapan aku bisa ganti HP baru seperti teman-teman?” Tanya Gita pada dirinya sendiri.
            “Gita,” kata Santini sang Mama yang membuka pintu kamar Gita. “Kamu kapan berangkatnya? Nanti telat loh.”
            “Iya Mam,” jawab Gita tidak semangat. “Aku berangkat sekolah dulu ya Mam,” pamit Gita sambil mencium tangan Santini.
            Santini merasa bingung melihat sikap semata wayangnya itu. Beberapa hari ini Ia menjadi aneh. Jarang berbicara dengannya dan selalu tidak semangat setiap hendak berangkat sekolah. Namun Dia berfikir mungkin anaknya itu sedang haid, jadi kelihatannya lemas. Kemudian Santini menutup pintu kamar Gita dan segera menuju teras depan.
            Setibanya di sekolah, Gita langsung memasuki ruangan kelasnya. Kedua mata indahnya meliriki teman-temannya yang sedang asyik memainkan blackberry mereka. Begitu pula dengan Herni teman sebangkunya, terlihat sibuk menulis status di blackberry masangernya.
Gita kemudian duduk di kursinya yang berada dipaling belakang. “selamat pagi Hern,” sapa Gita.
            “Eh elo Git, pagi juga,” jawab Herni sambil memegang BB-nya. “Kok gue enggak tahu kalau elo sudah datang sih.”
            “Lagian elo sibuk banget sama BB elo,” kata Gita kesal.
“Hehehe sorry-sorry. Peace.”
“Memang elo lagi BBM-an sama siapa sih? kayanya sibuk banget,” Tanya Gita penasaran.
“ itu tuh kak Yogi, kakak kelas kita yang paling cool seperti Dude Herlino. Lihat isi BBM-nya romantic banget ya,” kata Herni yang memperlihatkan pesan BBM-nya kepada Gita.
“Hhmm asyik kali ya punya blackberry,” kata Gita.
“Memang elo enggak di belikan BB sama orang tua elo, Git?” Tanya Herni.
“Enggak… jangankan BB, handphone biasa aja gue enggak dibelikan. Bilangnya HP gue yang sekarang masih bagus,” jawab Gita.
“Wah tega banget orang tuamu, masa anak tunggalnya hanya di kasih handphone yang usianya hampir sama sama yang punyanya,” Herni menggelengkan kepala. “coba deh elo bujuk lagi Mama dan Papa elo, siapa tahu mereka mau mengerti dan akhirnya membelikan BB buat elo,”
“Sebenarnya Papaku sudah berniat untuk membelikan blackberry buat gue. Tapi, Mama gue melarangnya. bilangnya sih uangnya sayang terus Dia takut kalau gue nantinya enggak fokus sama pelajaran di sekolah,” kata Gita yang tetap sedih.
“Ya sudah, elo bersabar aja mungkin ini belum saatnya,” kata Herni yang mencoba menghibur Gita.
*          *          *
            Keesokan paginya ketika hari tampak begitu cerah dan kebetulan hari ini adalah hari minggu. Santini merasa heran melihat tingkah anaknya, biasanya kalau di hari weekend Dia selalu bangun lebih awal untuk melakukan jogging, salah satu oahraga favoritenya. Namun , kali Gita berdiam diri di dalam kamar.
            Santini yang penasaran segera menghampiri anak kesayangannya itu.
“Gita, kamu kok belum bangun? Biasanya kalau weekend seperti ini kamu selalu bangun pagi tapi sekarang kok tidak, kenapa sayang?” Tanya Santini.
            “Aku lagi enggak mood Mam,” jawab Gita yang sedikit kesal dengan Mamanya.
            “kamu kenapa sih sayang? kok dari kemarin kamu kelihatannya sedang ada masalah. Tolong ceritakan sama Mama!” kata Santini.
            Namun Gita malah menutup dirinya dengan selimut. “Tanya aja pada diri Mama sendiri,”
            Santini hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya hari ini. Kemudian Ia pergi meninggalkan kamar Gita.
            Setelah melihat bahwa Mamanya telah keluar, Gita langsung terbangun dari ranjangnya. Dengan perasaan jengkel Ia mengambil Ipod miliknya yang berada di meja belajarnya. Headset dimasukan kekedua lubang telinganya. Dipilihnya daftar lagu band Ungu, salah satu band favoritenya.
            Semua lagu itu mampu menghilangkan semua rasa jengkelnya. Namun, ketika salah satu lagu Ungu yang berjudul doa untuk ibu itu berputar, Gita hanya terdiam. Fikirannya langsung teringat kepada Mamanya. setelah lagu itu habis,             Gita tersadar bahwa Ia telah melakukan kesalahan besar terhadap Mamanya.
*          *          *
            Pagi ini Gita sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Semua keperluan telah disiapkannya sejak semalam. Dia kemudian berjalan menuju Mamanya yang sedang berada di dapur untuk pamit. Kini rasa jengkel terhadap Mamanya telah hilang. Gita sadar bahwa seharusnya Ia tidak boleh melakukan hal itu kepada Mamanya.
            Namun, Gita terhenti sejenak saat melihat sebuah kotak kado di atas meja makan. Gita yang penasaran, kemudian memegang dan menggoyang-goyangkan kado tersebut. Santini segera menghampiri anaknya itu.
“Ma mini kotak apaan?” Tanya Gita penasaran.
“Buka saja!! Kebetulan kado itu buat kamu sayang,” jawab Santini dengan tersenyum.
Gita yang semakin penasaran langsung merobek bungkus kado tersebut. Sekejap Dia kaget dan tidak percaya ternyata isi kotak tersebut adalah sebuah blackberry tipe Gemini. Gita tampak begitu senang dan kemudian memeluk erat Mamanya.
            “Ya ampun, BB ini benar buat aku?,” tanya Gita yang senang dan merasa tak percaya.
            “Iya sayang, itu BB buat kamu,” jawab Santini.
            Awalnya Gita senang menerima hadiah dari Mamanya. namun tiba-tiba Dia sambil terdiam memandangi wajah Mamanya. “Maaf Mam sepertinya Gita tidak bisa menerima blackberry itu,” kata Gita.
            “Kenapa sayang?” Tanya Santini kaget.
            “Hhmm Gita sadar bahwa kasih sayang Mama itu lebih penting dari pada sebuah BB. Selain itu Gita juga ingin minta maaf tentang sikap aku selama ini yang telah membuat Mama kesal. Maafin Gita ya Mam,” Gita menyerahkan kembali hadiah miliknya itu kepada Mamanya.
            Santini hanya tersenyum melihat anaknya itu. “Hhmm kamu memang anak Mama yang paling baik. Mama sudah memaafkan kamu sayang. Ambillah!! Anggap BB itu hadiah dari Mama buat kamu. Yang terpenting, kamu jangan lupa belajar dan tingkatkan prestasimu di sekolah maupun di luar sekolah!!” nasihat Santini.
“Ok Mamaku sayang,” senyum Gita sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
“Ya sudah sekarang kamu berangkat sekolah dulu, nanti talat lagi!!”
“Oke deh Mam, daaaahhh Mama,” pamit Gita kepada Mama tersayangnya.
Kini hari-hari Gita penuh dengan senyuman. Rasa kesal terhadap Mamanya telah hilang. meski Ia telah memiliki sebuah BB. Namun Dia tidak pernah lupa untuk selalu belajar agar bisa menjadi yang terbaik di sekolah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar