I’M SORRY MOM
Pagi
itu Gita tampak sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dia mengambil
tas di atas meja belajarnya. Dan tidak lupa pula untuk membawa handphone
kesayangannya yang sudah jadul.
“Fhuuu…” Gita menghembuskan nafas panjang saat
memegang hanphonenya itu. “kapan aku bisa ganti HP baru seperti teman-teman?”
Tanya Gita pada dirinya sendiri.
“Gita,”
kata Santini sang Mama yang membuka pintu kamar Gita. “Kamu kapan berangkatnya?
Nanti telat loh.”
“Iya
Mam,” jawab Gita tidak semangat. “Aku berangkat sekolah dulu ya Mam,” pamit
Gita sambil mencium tangan Santini.
Santini
merasa bingung melihat sikap semata wayangnya itu. Beberapa hari ini Ia menjadi
aneh. Jarang berbicara dengannya dan selalu tidak semangat setiap hendak
berangkat sekolah. Namun Dia berfikir mungkin anaknya itu sedang haid, jadi
kelihatannya lemas. Kemudian Santini menutup pintu kamar Gita dan segera menuju
teras depan.
Setibanya
di sekolah, Gita langsung memasuki ruangan kelasnya. Kedua mata indahnya
meliriki teman-temannya yang sedang asyik memainkan blackberry mereka. Begitu
pula dengan Herni teman sebangkunya, terlihat sibuk menulis status di
blackberry masangernya.
Gita kemudian duduk di kursinya yang berada
dipaling belakang. “selamat pagi Hern,” sapa Gita.
“Eh
elo Git, pagi juga,” jawab Herni sambil memegang BB-nya. “Kok gue enggak tahu
kalau elo sudah datang sih.”
“Lagian
elo sibuk banget sama BB elo,” kata Gita kesal.
“Hehehe sorry-sorry. Peace.”
“Memang elo lagi BBM-an sama siapa sih?
kayanya sibuk banget,” Tanya Gita penasaran.
“ itu tuh kak Yogi, kakak kelas kita yang
paling cool seperti Dude Herlino. Lihat isi BBM-nya romantic banget ya,” kata
Herni yang memperlihatkan pesan BBM-nya kepada Gita.
“Hhmm asyik kali ya punya blackberry,” kata
Gita.
“Memang elo enggak di belikan BB sama orang
tua elo, Git?” Tanya Herni.
“Enggak… jangankan BB, handphone biasa aja gue
enggak dibelikan. Bilangnya HP gue yang sekarang masih bagus,” jawab Gita.
“Wah tega banget orang tuamu, masa anak
tunggalnya hanya di kasih handphone yang usianya hampir sama sama yang
punyanya,” Herni menggelengkan kepala. “coba deh elo bujuk lagi Mama dan Papa
elo, siapa tahu mereka mau mengerti dan akhirnya membelikan BB buat elo,”
“Sebenarnya Papaku sudah berniat untuk
membelikan blackberry buat gue. Tapi, Mama gue melarangnya. bilangnya sih
uangnya sayang terus Dia takut kalau gue nantinya enggak fokus sama pelajaran
di sekolah,” kata Gita yang tetap sedih.
“Ya sudah, elo bersabar aja mungkin ini belum
saatnya,” kata Herni yang mencoba menghibur Gita.
* * *
Keesokan
paginya ketika hari tampak begitu cerah dan kebetulan hari ini adalah hari
minggu. Santini merasa heran melihat tingkah anaknya, biasanya kalau di hari
weekend Dia selalu bangun lebih awal untuk melakukan jogging, salah satu oahraga
favoritenya. Namun , kali Gita berdiam diri di dalam kamar.
Santini
yang penasaran segera menghampiri anak kesayangannya itu.
“Gita, kamu kok belum bangun? Biasanya kalau
weekend seperti ini kamu selalu bangun pagi tapi sekarang kok tidak, kenapa
sayang?” Tanya Santini.
“Aku
lagi enggak mood Mam,” jawab Gita yang sedikit kesal dengan Mamanya.
“kamu
kenapa sih sayang? kok dari kemarin kamu kelihatannya sedang ada masalah.
Tolong ceritakan sama Mama!” kata Santini.
Namun
Gita malah menutup dirinya dengan selimut. “Tanya aja pada diri Mama sendiri,”
Santini
hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya hari ini. Kemudian Ia
pergi meninggalkan kamar Gita.
Setelah
melihat bahwa Mamanya telah keluar, Gita langsung terbangun dari ranjangnya.
Dengan perasaan jengkel Ia mengambil Ipod miliknya yang berada di meja
belajarnya. Headset dimasukan kekedua lubang telinganya. Dipilihnya daftar lagu
band Ungu, salah satu band favoritenya.
Semua
lagu itu mampu menghilangkan semua rasa jengkelnya. Namun, ketika salah satu
lagu Ungu yang berjudul doa untuk ibu itu
berputar, Gita hanya terdiam. Fikirannya langsung teringat kepada Mamanya.
setelah lagu itu habis, Gita
tersadar bahwa Ia telah melakukan kesalahan besar terhadap Mamanya.
* * *
Pagi
ini Gita sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Semua keperluan telah
disiapkannya sejak semalam. Dia kemudian berjalan menuju Mamanya yang sedang
berada di dapur untuk pamit. Kini rasa jengkel terhadap Mamanya telah hilang.
Gita sadar bahwa seharusnya Ia tidak boleh melakukan hal itu kepada Mamanya.
Namun,
Gita terhenti sejenak saat melihat sebuah kotak kado di atas meja makan. Gita
yang penasaran, kemudian memegang dan menggoyang-goyangkan kado tersebut.
Santini segera menghampiri anaknya itu.
“Ma mini kotak apaan?” Tanya Gita penasaran.
“Buka saja!! Kebetulan kado itu buat kamu
sayang,” jawab Santini dengan tersenyum.
Gita yang semakin penasaran langsung merobek
bungkus kado tersebut. Sekejap Dia kaget dan tidak percaya ternyata isi kotak
tersebut adalah sebuah blackberry tipe Gemini. Gita tampak begitu senang dan
kemudian memeluk erat Mamanya.
“Ya
ampun, BB ini benar buat aku?,” tanya Gita yang senang dan merasa tak percaya.
“Iya
sayang, itu BB buat kamu,” jawab Santini.
Awalnya
Gita senang menerima hadiah dari Mamanya. namun tiba-tiba Dia sambil terdiam
memandangi wajah Mamanya. “Maaf Mam sepertinya Gita tidak bisa menerima
blackberry itu,” kata Gita.
“Kenapa
sayang?” Tanya Santini kaget.
“Hhmm
Gita sadar bahwa kasih sayang Mama itu lebih penting dari pada sebuah BB.
Selain itu Gita juga ingin minta maaf tentang sikap aku selama ini yang telah
membuat Mama kesal. Maafin Gita ya Mam,” Gita menyerahkan kembali hadiah
miliknya itu kepada Mamanya.
Santini
hanya tersenyum melihat anaknya itu. “Hhmm kamu memang anak Mama yang paling
baik. Mama sudah memaafkan kamu sayang. Ambillah!! Anggap BB itu hadiah dari
Mama buat kamu. Yang terpenting, kamu jangan lupa belajar dan tingkatkan
prestasimu di sekolah maupun di luar sekolah!!” nasihat Santini.
“Ok Mamaku sayang,” senyum Gita sambil
mengacungkan kedua ibu jarinya.
“Ya sudah sekarang kamu berangkat sekolah
dulu, nanti talat lagi!!”
“Oke deh Mam, daaaahhh Mama,” pamit Gita
kepada Mama tersayangnya.
Kini hari-hari Gita penuh dengan senyuman.
Rasa kesal terhadap Mamanya telah hilang. meski Ia telah memiliki sebuah BB.
Namun Dia tidak pernah lupa untuk selalu belajar agar bisa menjadi yang terbaik
di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar