Rabu, 09 Mei 2012


 BUNGA MAWAR LILA 
Sore itu Lila sedang asyik menyirami tanaman bunga mawar di halaman belakang rumahnya. ada dua jenis tanaman bunga mawar yang Dia tanam, yaitu mawar merah dan mawar putih. Cintanya pada tanaman mawar melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.
Tanaman mawar Lila semuanya tumbuh dengan subur. Bunga-bunganya pun tidak kalah dengan bunga yang ada di toko-toko. Bahkan sampai ada orang ingin membeli tanaman mawarnya itu dengan harga mahal. Namun Dia menolaknya, karena mawarnya itu bukan untuk di jual.
“Lila masuk!!” perintah sang Mama. “Hari sudah gelap, mau sampai kapan kamu berada di situ terus?”
“Nanti Ma, sebentar lagi,” jawab Lila sambil terus menyirami tanaman mawarnya.
Setelah selesai menyirami tanamannya, Lila segera masuk ke dalam rumah. Karena jika terlalu berlama-lama, Mamanya pasti akan mengomel lagi. ia berjalan perlahan, mengendap, menaiki anak tangga tanpa terdengar suara langkah kaki.
“ekhem…” sang Mama berdiri di bawah anak tangga sambil kedua tangannya memegangi pinggangnya. Terlihat dari tatapan matanya kalau Ia sedang marah. “Mama kan sudah bilang jangan lama-lama. Kamu ini memang susah di kasih tahunya.” Kata sang Mama.
“Maaf Mam, habis aku tadi keasyikan sih jadi lupa deh.” Kata Lila dengan raut muka yang kusam.
“Mama tidak melarang kamu untuk menyirami tanaman mawarmu. Tapi ini sudah kelewat batas, Sampai-sampai kamu lupa makan dan lupa segalanya. Kalau kamu sakit bagaimana?” ujar Mamanya.
“Iya Mamaku sayang yang paling baik sedunia,” rayu Lila. “Sekali lagi aku minta maaf. Lain kali Lila tidak akan lagi-lagi deh, swear,”tangan kanannya membentuk huruf V.
“Hhmm ya sudah cepat kamu mandi jangan lupa sholat setelah itu makan!! Perintah sang Mama.
“Oke deh,” Lila segera menuju kamarnya untuk mengambil handuk dan peralatan mandinya.
*          *          *
Keesokan harinya sepulang sekolah, Lila mengajak tenam-temannya yaitu Zahra, Ine dan Tika ke rumahnya untuk mengerjakan tugas kelompok bersama. Mereka kaget melihat sebagian halaman rumah Lila dipenuhi dengan tanaman bunga mawar.
“Wah banyak sekali tanaman mawar Elo Lila,” kagum Ine.
“Tentu, gue menanamnya sejak empat tahun lalu. Jadi jangan kaget kalau tanaman mawarku jadi sebanyak ini,” jawab Lila.
“Hhmm Elo memang penggemar fanatic bunga mawar ya La,” tambah Zahra.
“Hehehe begitulah. Oh iya ngomong-ngomong kalian mau minum apa?” Tanya Lila.
“Apa aja deh yang penting bisa buat tenggorokan segar,” jawab Zahra.
“Iya, gue juga sama,” tambah Tika.
“Kalau gue air putih aja!! Soalnya air putih itu bisa buat otak kita encer. Biar nanti ngerjain tugas kelompoknya lancar hehehe,” pinta Ine.
“Oke deh, tunggu sebentar ya,” kata Lila yang segera menuju dapur.
Zahra dan Tika tampak menikmati interior rumah Lila yang nyaman dan cantik. Namun Ine lebih memilih keluar untuk melihat-lihat tanaman mawar. Tidak mau kalah dengan Ine, Tika dan Zahra pun ikut keluar.
 “Hei kita minta beberapa tangkai yuk buat hiasan di kamar,” kata Ine kepada Tika dan Zahra.
“Jangan akh nanti Lila marah lagi,” cegah Zahra. “mawar inikan tanaman kesayangan Lila.”
“Hanya satu tangkai saja, Lila enggak mungkin marah,” hasut Ine.
Awalnya Zahra dan Tika menolak ajakan Ine. Namun setelah Ine memetik satu tangkai, mereka berdua akhirnya targoda ingin memetiknya juga.
Namun, Lila tiba-tiba datang membawa air minum pesanan teman-temannya. Dia melihat teman-tamannya itu memetik bunga kesayangannya. Dengan segera Lila menghampiri mereka dengan raut muka yang tampak marah.
“Ya ampun apa yang kalian lakukan?” Tanya Lila kaget melihat teman-temannya memegangi tangkai bunga mawar.
“Kita hanya mengambil beberapa tangkai saja kok,Lila. Iyakan teman-teman,” jawab Ine.
“Iya La,” tambah Zahra dan Tika.
“Kalian tahukan tanaman mawar ini tanaman kesayangan gue. Gue aja enggak berani untuk memetiknya. Kalian memang keterlaluan.” Kata Lila yang marah.
“Maafkan kita La yang telah lancang memetik bunga milikmu tanpa izin,” kata Zahra.
“Sebaiknya kalian bertiga pulang saja deh!!” perintah Lila kepada ketiga temannya.
“Tapi, bagaimana dengan tugas kelompok kita La?” Tanya Tika. “Tugas itukan harus dan wajib dikumpulkan besok.”
“Iya La, bisa-bisa nanti kita di hukum sama bu Fadilah kalau tidak dikerjakan,” Tambah Ine yang sedikit cemas.
“Gue enggak perduli. Kalian bertiga sudah membuat gue kecewa. Sebaiknya kalian bertiga pulang saja dan lupakan tugas kelompok kita!” perintah Lila yang tetap masih marah.
“Baiklah jika itu mau Elo, kita bertiga akan pulang. Sebelumnya kita minta maaf telah membuat Elo marah. Ine, Tika mari kita pulang!! Kita kerjakan tugas bahasa Indonesianya di rumahku saja,” kata Zahra yang kemudian meninggalkan Lila sendiri bersama mawar-mawar miliknya.
Mereka akhirnya pergi dengan perasaan bersalah sekaligus kesal terhadap sikap Lila yang ternyata lebih mementingkan tanaman mawarnya dibandingkan temannya sendiri.
“Teman-temanmu mana, sayang?” Tanya sang Mama yang baru selesai memasak buat makan siang.
“Mereka sudah pulang Mam,” jawab Lila.
“Loh kok cepat banget. Memang kerja kelompoknya tidak jadi?” Tanya sang Mama.
“Lila suruh mereka pulang. Habisnya mereka bertiga sudah buat Lila marah,” kata Lila dengan raut muka kesal.
“Hhmm memangnya apa yang telah teman-temanmu lakukan sehingga membuatmu marah. Bahkan sampai kamu tega  mengusir mereka?” Tanya sang Mama.
“Mereka memetik bunga mawarku tanpa izin. Mama tahukan siapa pun enggak ada yang boleh memetik bunga mawarku. Maka dari itu Lila suruh mereka pulang.”
“Ya ampun Lila, kamu itu sudah sangat keterlaluan pada mereka. Seharusnya kamu tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun juga mereka semua adalah teman-temanmu. Apa lagi kalian sudah berteman sejak SMP,”kata  sang Mama yang mencoba menyadarkan Lila.
Lila hanya terdiam dan segera masuk ke dalam kamarnya.
*          *          *
Diam tanpa kata, mungkin itu yang sedang terjadi pada keempat gadis cantik ini. Semenjak kejadian itu Lila tidak pernah berbicara lagi dengan Zahra dan kawan-kawan. Biasanya setiap pagi mereka berkumpul, tertawa, sedih bareng namun Kini sudah tidak lagi. Lila lebih memilih  sendiri. Dia masih belum bisa memaafkan mereka bertiga.
Lila hanya bisa memandangi teman-temannya yang terlihat sedang asyik tertawa. Terkadang Ia merasa bersalah kepada mereka karena telah memarahi mereka. “Hhmm sepertinya gue sudah kelewatan sama mereka. Sebenarnya gue ingin banget gabung lagi sama Zahra, Ine dan Tika. Tapi…. Gue gengsi untuk minta maaf,” kata Lila berbicara pada diri sendiri.
Setibanya di rumah, Lila kemudia menghampiri Mamanya yang sedang menyiapkan makan siang. “Mam, Lila ingin curhat sama Mama. Bolehkan?”
“Hhmm tentu dong sayang. Memang kamu mau curhat tentang apa?” Tanya sang Mama penasaran.
“Lila sadar kalau Lila telah berlebihan kepada Zahra, Tika dan Ine. Apa yang harus Lila sekarang lakukan, Mam?” Tanya Lila.
“Hhmm sebaiknya kamu minta maaf saja sama mereka. Itu jalan satu-satunya agar kamu bisa bersama lagi dengan teman-temanmu itu,” ujar sang Mama.
“Tapi masalahnya Lila malu untuk meminta maaf. Lagi pula apa mereka mau memaafkan Lila?”
“Kamu tidak perlu malu ataupun gengsi, Mama yakin mereka pasti akan memaafkan kamu. Besok kamu coba untuk meminta maaf kepada Zahra dan kawan-kawan. Jangan biarkan kamu kehilangan teman sebaik mereka,”
“Iya Mam, akan Lila usahakan,” jawab Lila tersenyum.
“Nah begitu dong, itu baru anak Mama. Ya sudah sekarang kamu ganti baju setelah itu makan siang!”
“Oke deh Mam,”
Keesokan harinya, Lila menghampiri Zahra, Tika dan Ine yang sedang duduk bersama di taman sekolah.
“Selamat pagi semuanya,” sapa Lila.
“Pagi juga ,” jawab Zahra dan kaawan-kawan yang kaget melihat Lila.
“Ada apa Lila? Tumben,” Tanya Tika.
“Hhhmm ada yang mau gue bicarakan sama kalian bertiga. Tapi sebelumnya gue minta maaf telah mengganggu obrolan kalian,” kata Lila yang tampak gugup.
“Enggak apa-apa kok, kita enggak ngerasa keganggu. Sebenarnya apa yang mau Elo bicarakan?” Tanya Zahra penasaran.
“begini, gue… gue mau minta maaf sama kalian soal kejadian di rumah gue waktu itu. Gue ngerasa bersalah sama kalian. Maukah kalian memaafkan gue?” Tanya Lila pasrah dengan jawaban teman-temannya.
“Hhhmm…” Zahra sedikit berfikir. “Gue mau aja maafin Elo, tapi kalau anak-anak gue enggak tau.”
“Gue juga mau maafin Elo tapi ada syaratnya,” tambah Ine.
“Apa syaratnya?” Tanya Lila penasaran.
“Hhmm kita mau maafin Elo asalkan Elo juga mau maafin kita soal bunga mawar kemarin,” kata Ine tersenyum.
“Iya La, Elo mau maafin Kita juga kan,” ujar Tika.
“Pastinya dong kitakan sahabat yang harus saling memaafkan.” Senyum Lila.
“Jadi kita baikan lagi nih,” kata Ine.
“Iya lah masa kita mesti marahan terus sih hanya karena setangkai bunga mawar,” jawab Zahra.
“Oh iya sebagai rasa minta maaf gue ke kalian, bagaimana sepulang sekolah, kalian main ke rumahku. Kita petik bunga mawar bersama. Mumpunng bunga mawarku lagi pada mekar,” usul Lila.
“Wah ide bagus tuh, hayu…hayu,” senang Ine.
‘Ya sudah kalau begitu mari kita ke kelas! Hari inikan ada pelajaran Kimia,” ajak Lila.
Akhirnya mereka bisa berbaikan lagi seperti dulu. Ke empat gadis remaja itu kemudian berjalan meninggalkan taman dan segera menuju ke kelas dengan perasaan gembira. Kini sudah tidak ada lagi pertengkaran di antara mereka. Hanya ada keceriaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar