BUNGA MAWAR LILA
Sore itu Lila sedang asyik menyirami
tanaman bunga mawar di halaman belakang rumahnya. ada dua jenis tanaman bunga
mawar yang Dia tanam, yaitu mawar merah dan mawar putih. Cintanya pada tanaman
mawar melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.
Tanaman mawar Lila semuanya tumbuh
dengan subur. Bunga-bunganya pun tidak kalah dengan bunga yang ada di toko-toko.
Bahkan sampai ada orang ingin membeli tanaman mawarnya itu dengan harga mahal.
Namun Dia menolaknya, karena mawarnya itu bukan untuk di jual.
“Lila masuk!!” perintah sang Mama.
“Hari sudah gelap, mau sampai kapan kamu berada di situ terus?”
“Nanti Ma, sebentar lagi,” jawab Lila
sambil terus menyirami tanaman mawarnya.
Setelah selesai menyirami tanamannya,
Lila segera masuk ke dalam rumah. Karena jika terlalu berlama-lama, Mamanya
pasti akan mengomel lagi. ia berjalan perlahan, mengendap, menaiki anak tangga
tanpa terdengar suara langkah kaki.
“ekhem…” sang Mama berdiri di bawah
anak tangga sambil kedua tangannya memegangi pinggangnya. Terlihat dari tatapan
matanya kalau Ia sedang marah. “Mama kan sudah bilang jangan lama-lama. Kamu
ini memang susah di kasih tahunya.” Kata sang Mama.
“Maaf Mam, habis aku tadi keasyikan
sih jadi lupa deh.” Kata Lila dengan raut muka yang kusam.
“Mama tidak melarang kamu untuk
menyirami tanaman mawarmu. Tapi ini sudah kelewat batas, Sampai-sampai kamu
lupa makan dan lupa segalanya. Kalau kamu sakit bagaimana?” ujar Mamanya.
“Iya Mamaku sayang yang paling baik
sedunia,” rayu Lila. “Sekali lagi aku minta maaf. Lain kali Lila tidak akan
lagi-lagi deh, swear,”tangan kanannya membentuk huruf V.
“Hhmm ya sudah cepat kamu mandi
jangan lupa sholat setelah itu makan!! Perintah sang Mama.
“Oke deh,” Lila segera menuju
kamarnya untuk mengambil handuk dan peralatan mandinya.
* * *
Keesokan harinya sepulang sekolah,
Lila mengajak tenam-temannya yaitu Zahra, Ine dan Tika ke rumahnya untuk mengerjakan
tugas kelompok bersama. Mereka kaget melihat sebagian halaman rumah Lila dipenuhi
dengan tanaman bunga mawar.
“Wah banyak sekali tanaman mawar Elo
Lila,” kagum Ine.
“Tentu, gue menanamnya sejak empat
tahun lalu. Jadi jangan kaget kalau tanaman mawarku jadi sebanyak ini,” jawab
Lila.
“Hhmm Elo memang penggemar fanatic
bunga mawar ya La,” tambah Zahra.
“Hehehe begitulah. Oh iya
ngomong-ngomong kalian mau minum apa?” Tanya Lila.
“Apa aja deh yang penting bisa buat
tenggorokan segar,” jawab Zahra.
“Iya, gue juga sama,” tambah Tika.
“Kalau gue air putih aja!! Soalnya
air putih itu bisa buat otak kita encer. Biar nanti ngerjain tugas kelompoknya
lancar hehehe,” pinta Ine.
“Oke deh, tunggu sebentar ya,” kata
Lila yang segera menuju dapur.
Zahra dan Tika tampak menikmati
interior rumah Lila yang nyaman dan cantik. Namun Ine lebih memilih keluar
untuk melihat-lihat tanaman mawar. Tidak mau kalah dengan Ine, Tika dan Zahra
pun ikut keluar.
“Hei kita minta beberapa tangkai yuk buat
hiasan di kamar,” kata Ine kepada Tika dan Zahra.
“Jangan akh nanti Lila marah lagi,”
cegah Zahra. “mawar inikan tanaman kesayangan Lila.”
“Hanya satu tangkai saja, Lila enggak
mungkin marah,” hasut Ine.
Awalnya Zahra dan Tika menolak ajakan
Ine. Namun setelah Ine memetik satu tangkai, mereka berdua akhirnya targoda
ingin memetiknya juga.
Namun, Lila tiba-tiba datang membawa
air minum pesanan teman-temannya. Dia melihat teman-tamannya itu memetik bunga
kesayangannya. Dengan segera Lila menghampiri mereka dengan raut muka yang
tampak marah.
“Ya ampun apa yang kalian lakukan?”
Tanya Lila kaget melihat teman-temannya memegangi tangkai bunga mawar.
“Kita hanya mengambil beberapa
tangkai saja kok,Lila. Iyakan teman-teman,” jawab Ine.
“Iya La,” tambah Zahra dan Tika.
“Kalian tahukan tanaman mawar ini
tanaman kesayangan gue. Gue aja enggak berani untuk memetiknya. Kalian memang
keterlaluan.” Kata Lila yang marah.
“Maafkan kita La yang telah lancang
memetik bunga milikmu tanpa izin,” kata Zahra.
“Sebaiknya kalian bertiga pulang saja
deh!!” perintah Lila kepada ketiga temannya.
“Tapi, bagaimana dengan tugas
kelompok kita La?” Tanya Tika. “Tugas itukan harus dan wajib dikumpulkan
besok.”
“Iya La, bisa-bisa nanti kita di
hukum sama bu Fadilah kalau tidak dikerjakan,” Tambah Ine yang sedikit cemas.
“Gue enggak perduli. Kalian bertiga sudah
membuat gue kecewa. Sebaiknya kalian bertiga pulang saja dan lupakan tugas
kelompok kita!” perintah Lila yang tetap masih marah.
“Baiklah jika itu mau Elo, kita bertiga
akan pulang. Sebelumnya kita minta maaf telah membuat Elo marah. Ine, Tika mari
kita pulang!! Kita kerjakan tugas bahasa Indonesianya di rumahku saja,” kata
Zahra yang kemudian meninggalkan Lila sendiri bersama mawar-mawar miliknya.
Mereka akhirnya pergi dengan perasaan
bersalah sekaligus kesal terhadap sikap Lila yang ternyata lebih mementingkan
tanaman mawarnya dibandingkan temannya sendiri.
“Teman-temanmu mana, sayang?” Tanya
sang Mama yang baru selesai memasak buat makan siang.
“Mereka sudah pulang Mam,” jawab
Lila.
“Loh kok cepat banget. Memang kerja
kelompoknya tidak jadi?” Tanya sang Mama.
“Lila suruh mereka pulang. Habisnya
mereka bertiga sudah buat Lila marah,” kata Lila dengan raut muka kesal.
“Hhmm memangnya apa yang telah
teman-temanmu lakukan sehingga membuatmu marah. Bahkan sampai kamu tega mengusir mereka?” Tanya sang Mama.
“Mereka memetik bunga mawarku tanpa
izin. Mama tahukan siapa pun enggak ada yang boleh memetik bunga mawarku. Maka
dari itu Lila suruh mereka pulang.”
“Ya ampun Lila, kamu itu sudah sangat
keterlaluan pada mereka. Seharusnya kamu tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun juga
mereka semua adalah teman-temanmu. Apa lagi kalian sudah berteman sejak
SMP,”kata sang Mama yang mencoba
menyadarkan Lila.
Lila hanya terdiam dan segera masuk
ke dalam kamarnya.
* * *
Diam tanpa kata, mungkin itu yang sedang
terjadi pada keempat gadis cantik ini. Semenjak kejadian itu Lila tidak pernah
berbicara lagi dengan Zahra dan kawan-kawan. Biasanya setiap pagi mereka
berkumpul, tertawa, sedih bareng namun Kini sudah tidak lagi. Lila lebih
memilih sendiri. Dia masih belum bisa
memaafkan mereka bertiga.
Lila hanya bisa memandangi
teman-temannya yang terlihat sedang asyik tertawa. Terkadang Ia merasa bersalah
kepada mereka karena telah memarahi mereka. “Hhmm sepertinya gue sudah
kelewatan sama mereka. Sebenarnya gue ingin banget gabung lagi sama Zahra, Ine
dan Tika. Tapi…. Gue gengsi untuk minta maaf,” kata Lila berbicara pada diri
sendiri.
Setibanya di rumah, Lila kemudia
menghampiri Mamanya yang sedang menyiapkan makan siang. “Mam, Lila ingin curhat
sama Mama. Bolehkan?”
“Hhmm tentu dong sayang. Memang kamu
mau curhat tentang apa?” Tanya sang Mama penasaran.
“Lila sadar kalau Lila telah
berlebihan kepada Zahra, Tika dan Ine. Apa yang harus Lila sekarang lakukan,
Mam?” Tanya Lila.
“Hhmm sebaiknya kamu minta maaf saja
sama mereka. Itu jalan satu-satunya agar kamu bisa bersama lagi dengan teman-temanmu
itu,” ujar sang Mama.
“Tapi masalahnya Lila malu untuk
meminta maaf. Lagi pula apa mereka mau memaafkan Lila?”
“Kamu tidak perlu malu ataupun
gengsi, Mama yakin mereka pasti akan memaafkan kamu. Besok kamu coba untuk
meminta maaf kepada Zahra dan kawan-kawan. Jangan biarkan kamu kehilangan teman
sebaik mereka,”
“Iya Mam, akan Lila usahakan,” jawab
Lila tersenyum.
“Nah begitu dong, itu baru anak Mama.
Ya sudah sekarang kamu ganti baju setelah itu makan siang!”
“Oke deh Mam,”
Keesokan harinya, Lila menghampiri
Zahra, Tika dan Ine yang sedang duduk bersama di taman sekolah.
“Selamat pagi semuanya,” sapa Lila.
“Pagi juga ,” jawab Zahra dan
kaawan-kawan yang kaget melihat Lila.
“Ada apa Lila? Tumben,” Tanya Tika.
“Hhhmm ada yang mau gue bicarakan
sama kalian bertiga. Tapi sebelumnya gue minta maaf telah mengganggu obrolan
kalian,” kata Lila yang tampak gugup.
“Enggak apa-apa kok, kita enggak
ngerasa keganggu. Sebenarnya apa yang mau Elo bicarakan?” Tanya Zahra
penasaran.
“begini, gue… gue mau minta maaf sama
kalian soal kejadian di rumah gue waktu itu. Gue ngerasa bersalah sama kalian.
Maukah kalian memaafkan gue?” Tanya Lila pasrah dengan jawaban teman-temannya.
“Hhhmm…” Zahra sedikit berfikir. “Gue
mau aja maafin Elo, tapi kalau anak-anak gue enggak tau.”
“Gue juga mau maafin Elo tapi ada
syaratnya,” tambah Ine.
“Apa syaratnya?” Tanya Lila
penasaran.
“Hhmm kita mau maafin Elo asalkan Elo
juga mau maafin kita soal bunga mawar kemarin,” kata Ine tersenyum.
“Iya La, Elo mau maafin Kita juga
kan,” ujar Tika.
“Pastinya dong kitakan sahabat yang
harus saling memaafkan.” Senyum Lila.
“Jadi kita baikan lagi nih,” kata
Ine.
“Iya lah masa kita mesti marahan
terus sih hanya karena setangkai bunga mawar,” jawab Zahra.
“Oh iya sebagai rasa minta maaf gue
ke kalian, bagaimana sepulang sekolah, kalian main ke rumahku. Kita petik bunga
mawar bersama. Mumpunng bunga mawarku lagi pada mekar,” usul Lila.
“Wah ide bagus tuh, hayu…hayu,”
senang Ine.
‘Ya sudah kalau begitu mari kita ke
kelas! Hari inikan ada pelajaran Kimia,” ajak Lila.